<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7526274237257862594\x26blogName\x3dPORTRAITURE+IMAGES\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dLIGHT\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://agus-sarwono.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://agus-sarwono.blogspot.com/\x26vt\x3d7714981869844386676', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

human activity stock photos
ABOUT ME
Mengenal Hidup Dalam Arti Sesungguhnya dari Masyarakat yang terdiskriminasi oleh sistem yang memiskinkan dan korup. Saat ini Bekerja disebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dengan Issue Anti Korupsi dan Pernah aktif dalam Jaringan Kerja Gerakan Lingkungan, Tani dan Nelayan. Photography Adalah Aktivitas Merekam Cahaya, Komposisi Cerita, dan Detail serta Warna Dalam Sebuah Figura. Available for assignments; editorial, documentary, portraits, commercial

click here for my links & archive


“ Seluruh gambar dan informasi yg ada dalam website ini dilindungi oleh Undang-undang HAK CIPTA No. 19 - Tahun 2002 "


Violist
Asian violist playing a violin while standing on a rock

Label: , , , , , , , ,

( 23.06 ) Agus Sarwono Kamis, 29 April 2010 Comments (4)

before going to sea

Label: , , , , , , , , , , , ,

( 16.48 ) Agus Sarwono Comments (7)

Preparing

Label: , , , , , , , , ,

( 01.39 ) Agus Sarwono Rabu, 28 April 2010 Comments (7)

Sang Pelaut

Seorang Nelayan Sedang Melintasi Kawasan Krueng Cunda, Lhokseumawe, Aceh Indonesia

Label: , , , , , , , , , , , ,

( 23.56 ) Agus Sarwono Senin, 26 April 2010 Comments (6)

Aktivitas Nelayan
Dua Orang Nelayan Asal Pusong, Lhokseumawe sedang mempersiapkan peralatan sebelum melakukan Perjalanan.

Label: , , , , , , , , , , , ,

( 00.10 ) Agus Sarwono Minggu, 25 April 2010 Comments (7)

Ulurkan Tanganmu untuk Bumi
Sejumlah Aktivis LSM dan kelompok Pecinta Alam Serta Masyarakat di Lhokseumawe memperingati Hari Bumi Sedunia 2010 di Objek Wisata Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe pada Kamis (22/04) dengan tema 'Selamatkan Bumi dari Tanganmu'. Acara dimulai pukul 09:00 WIB di depan mesjid Ulee Jalan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan mengutip kantong plastik di sepanjang Kawasan Wisata Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe. Peringatan ini ditujukan untuk memberikan kesadaran masyarakat luas akan ancaman pemanasan global

Label: , , ,

( 23.46 ) Agus Sarwono Kamis, 22 April 2010 Comments (3)

Earth Day: Give Earth a Hand

Menyambut Peringatan Hari Bumi International yang dirayakan pada setiap tanggal 22 April setiap tahunnya. Pada kesempatan ini saya mengucapkan Selamat Hari Bumi International Untuk Para Sahabat Bloger, diantaranya:

· A Description Of My AUTISM Life

· Abdi Nirvana

· Alin

· Andreea Chiru

· Anindyarahadi

· Ayundha Puspadini

· Baihaqi

· Bella

· Catatan Syifa

· Clara

· Dhia Nugroho

· Elyas Ngeblog

· Insanitis

· Lentera Diatas Bukit

· Melan BLOG

· Mixed Fresh Info

· My World in Black and White

· Ninneta

· Open Wit

· Removal Logical

· Rinjaningrum

· Rizky2009

· Sastra-Radio

· Sekedar Catatan

· Senja

· Super Human

· The Globetrotter

· Verrianto Madjowa

· Vicky Laurentina

· We Care

· Willyo Alsyah P. Isman

Dan Saya berharap, gambar ini diteruskan keseluruh jaringan bloger, sebagai bentuk kampanye penyelamatan lingkungan dengan bentuk kontribusi seperti mematikan lampu selama sejam saja untuk memperingati Hari Bumi dan mendukung gerakan penyelamatan lingkungan terhadap perubahan iklim.


Label: ,

( 18.26 ) Agus Sarwono Rabu, 21 April 2010 Comments (5)

Menghaluskan Reuncong

Tengku Ishak Abdullan [57] sedang melakukan proses penghalusan pada Gagang Reuncong Ciptaanya, di Desa Meunasah Blang, Aceh Utara. Reuncong atau Rencong adalah senjata tradisional Aceh. Rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat yaitu Reuncong Meucugek, Reuncong Meupucok, Reuncong Meukure, dan Reuncong Pudoi. Dari segi bahan baku, rencong terbagi menjadi dua tingkatan. Sarung rencong untuk Raja atau Sultan biasanya terbuat dari gading dan bagian belatinya dari emas murni. Sedangkan rencong-rencong lain biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya.

Label: , , , , , , , , , ,

( 01.57 ) Agus Sarwono Comments (1)

Reuncong


A rencong (Acehnese: reuncong) is a traditional weapon from Aceh, Indonesia. It is slightly similar in appearance to a kris. As with krisses, people attribute mystical powers to rencongs. The rencong is still worn during traditional ceremonies.

A rencong's blade can vary in length from 10 to 50 cm. The blade can be cranked like a kris but sometimes it is straight. It is put in a scabbard that is made of wood, ivory, horn, or sometimes even silver or gold. The rencong is worn in one's belt on the stomach. Acehnese believe the form of the rencong to represent the Basmala. Aceh is also known as "The Land of Rencong" (Tanah Rencong).

Label: , , , , , , , , , ,

( 00.31 ) Agus Sarwono Rabu, 14 April 2010 Comments (9)

Tradisi Pembuatan Rencong Terancam Punah
Rencong (Bahasa Aceh: Rintjong, Rincong) adalah senjata tajam belati tradisional Aceh, di pulau Sumatera Indonesia bentuknya menyerupai huruf "L". Rencong termasuk dalam kategori belati yang berbeda dengan pisau atau pedang. Rencong memiliki kemiripan rupa dengan keris. Panjang mata pisau rencong dapat bervariasi dari 10 cm sampai 50 cm. Rencong dimasukkan ke dalam sarung belati yang terbuat dari kayu, gading, tanduk, atau terkadang logam perak atau emas.

Rencong memiliki tingkatan; untuk raja atau sultan biasanya sarungnya terbuat dari gading dan mata pisaunya dari emas dan berukirkan sekutip ayat suci dari Alquran agama Islam. Sedangkan rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belatinya. Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh juga dikenal dengan sebutan "Tanah Rencong".

Tradisi pembuatan rencong terancam punah, khususnya di Kabupaten Aceh Utara. yang selama ini dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan senjata tradisional khas Provinsi Aceh. Di Aceh Utara, sentra perajin rencong hanya terdapat di Kecamatan Tanah Pasir, yang saat ini hanya tersisa satu perajin.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dianggap tidak peduli dalam membina perajin rencong yang saat ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai sovenir khas Aceh, dibanding fungsinya di masa lalu sebagai senjata tradisional. Salah seorang perajin rencong yang masih tersisa di Kecamatan Tanah Pasir Ishak Abdullah (57) menuturkan, sebenarnya setelah tahun 2000-an, masih ada tiga orang perajin rencong di Tanah Pasir. ”Pada masa darurat militer, pesanan rencong dari tanah pasir mengalami peningkatan. Pasukan TNI dan Polri yang ditugaskan ke Aceh, sering memesan rencong garapan tangannya, sebagai Souvenir”, ujar Ishak, yang ditemui di bengkel kecilnya, di Desa Blang, Kecamatan Tanah Pasir, Minggu (4/4/2010).

Ishak menyampaikan, beberapa tahun terakhir di Kecamatan Tanah Pasir hanya tinggal dia seorang perajin rencong yang masih bertahan. Sejumlah dua perajin lainnya menutup usaha dan bengkelnya. "Salah satu perajin adalah abang saya. Usahanya tak dilanjutkan karena beliau meninggal, sedangkan satu perajin lainnya kini tak lagi membuat rencong karena kalah kualitas dan rencong buatannya kurang laku," ujarnya. Ishak bersama seorang putranya Juliadi [29], mencoba untuk tetap bertahan pada Kerajinan Tangan Rencong. Meski tanpa saingan, Ishak mengaku cukup prihatin karena keberadaan perajin senjata tradisional di Aceh Utara tersebut bisa punah jika usahanya tutup.

Menurut Ishak, pemerintah daerah terkesan tak peduli dengan keberadaan perajin rencong. Sebab, menurut Ishak, dia pernah mengirimkan permintaan bantuan modal untuk membuka bengkel pembuatan rencong di luar bengkel yang kini ada di samping rumahnya. "Maksudnya agar ada lagi bengkel lain untuk pembuatan rencong, tetapi sampai sekarang tak pernah ada bantuan dari pemerintah daerah," ujarnya.

Sebenarnya, sebagai jenis usaha kecil dan mikro, Ishak merasa berhak mendapat bantuan dari pemerintah. Setiap hari, Ishak dan anaknya mampu membuat tiga buah rencong ukuran kecil (tiga inci) dan sebuah ukuran sedang (enam hingga tujuh inci). "Biasanya, setelah jadi, ada agen yang datang ke mari untuk kemudian memasarkannya di Lhokseumawe atau bahkan di bawa luar Aceh," katanya.

Bagi pengunjung Blog ini, yang ingin memesan Rencong Tempa Garapan Tengku Ishak, Bisa langsung Menghubungi No Handphone : 081372327996.



Label: , , , , , ,

( 16.26 ) Agus Sarwono Jumat, 09 April 2010 Comments (16)

my link
monthly archive
credits

agus.sarwono78@gmail.com
agoez78@gmail.com
+628126992667