“ Seluruh gambar dan informasi yg ada dalam website ini dilindungi oleh Undang-undang HAK CIPTA No. 19 - Tahun 2002 "
Ketika Listik padam, salah satu altenatif yang dipakai adalah Genset, kini penjual Genset di Banda Aceh, lumayan merauk keuntungan yang relatife besar. Angka penjualan lumayan meningkat, namun bukan berarti para penjual ”menari” diatas kegelapan, memang dasarnya rejeki penjual Genset yang bagus. Harga Genset relatif mahal, dan membutuhkan biaya extra untuk bahan kabarnya. Lalu bagaimana dengan masyarakat kecil, yang belum mampu mengeluarkan bugetnya untuk membeli Genset dan Solar, tentu saja masih ada alternatif lainnya, yaitu Lilin. Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi. Sekarang yang biasanya digunakan adalah paraffin. Lilin yang diproduksi saat ini, tentu berbeda dengan lilin tempo doeloe, yang masih berbahan
Ada alternative lain? Tentu saja ada, Lampu Tempel atau dalam bahasa Jawa di kenal dengan nama Teplok, dan dalam bahasa Aceh adalah Panyot . Lampu kaca dengan bahan bakar minyak tanah dan sumbu sebagai sumber api yang mampu menerangi ruangan dikala padam, merupakan alternatif lain dari Genset dan Lilin. Umumnya lampu seperti ini berbentuk lampu yang digantung, duduk, atau ditempel di dinding dengan bahan beling bening sebagai wadah minyak tanah. Namun berkembangnya Jaman, bentuk dari lampu ini sudah mengalami perkembangan. Yang pasti lampu ini lebih efisien dari Lilin dan Genset.
Kondisi seperti ini, tentu akan terus terpelihara dikalangan masyarakat desa. Selain dengan kemampuan daya beli masyarakat atas kebutuhan minyak tanah yang yang terbatas, Kelangkaan dan tingginya harga minyak tanah, menjadi factor penyebab Chetik Geni masih tetap dipertahankan. Program yang ditawarkan pemerintah tentang Conversi dari minyak tanah ke Kompor Gas, sepertinya tidak berlaku bagi masyarakat desa. Selain mahalnya biaya pengeluaran untuk kebutuhan Gas, rasa takut akan menggunakan Kompor Gas menjadi salah satu penyebab, masyarakat desa tidak bersedia mengikuti program Conversi dari minyak tanah ke Kompor Gas. Masyarakat desa lebih memilih penggunaan kayu kering yang ada diperbukitan disekitar rumah sebagai bahan bakar.