“ Seluruh gambar dan informasi yg ada dalam website ini dilindungi oleh Undang-undang HAK CIPTA No. 19 - Tahun 2002 "
Seorang bocah sedang Menulis hasil observasinya di Musium Geologi Bandung [09/02/08]. Dua orang Pelajar SMP Negeri II TasikMalaya, melakukan Study Tour untuk menggali informasi yang ada dalam Musium Geologi. Metode belajar yang patut ditiru, dengan harapan siswa dan siswi dapat lebih memahami manusia zaman prasejarah.
Rumah Batik Aceh tentu kalah besar dibandingkan dengan Batik lain dipulau jawa. Maklum saja, Batik Aceh terbilang baru bergabung bersama dengan komunitas batik lainnya di seluruh Indonesia. Lihat saja kiprah Rumah Batik Aceh dalam acara, Diwana Cakradonya (Sabtu, 12/04/08), di Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh. Batik Aceh Sendiri Terbilang Tak kalah Hebat jika di bandingkan dengan Karya Batik Lain di Seluruh Nusantara. Batik Aceh mempunyai motif yang menarik dan unik, motif Awan Meucanek, Pucok Reubong, Taloe Meuputa, Bungong Lawang, Taloe Ie, dan ratusan motif lainnya.
Operasi tambang (Golongan C), seperti pengerukan batu kapur & krikil tak kalah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan hidup dan sosial ekonomi masyarakat, seperti penurunan muka air tanah, pencemaran akibat debu, yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan masyarakat, terutama akibat gangguan pernafasan dan krisis air bersih. Save Our Nature............
Ibu Tua Penjual Pisang Nampaknya Tidak lagi Bersedih, Pembeli yang dinantinya kini siap untuk membeli buah pisang nya. Mungkin Ibu itu masih sedikit bergembira, pasar dimana tempat dia mengais rezeki belum di "acak-Acak" oleh pemerintah lokal. Bagaimana dengan pasar tradisional yang lain...? Semoga Pasar Pracimantoro tetap di pertahankan nilai-nilai tradisionalnya.
Jaring, Ikan dan Piring Kosong, ini menjadi gambaran dalam kehidupan. Untuk mempertahankan eksistensinya dalam hidup, tentu manusia memperlukan tiga hal di atas. Jaring Sebagai Alat Produksi, Piring Sebagai Wadah dan Ikan Sebagai Hasil dari Produksi. Mereka sedang mengumpukan Ikan Depik hasil tangkapannya. Ikan depik adalah satu dari ikan Khas bagi masyarakat pesisir danau laut tawar di takengon Aceh Tengah.
Berselimut Sarung menjadi Judul Foto ini dan hal ini sudah menjadi keseharian dari masyarakat Desa di Wilayah Takengon Aceh Tengah. Wilayah Takengon, memang wilayah yang cukup tinggi, berada di ketinggian sekitar 1800 mdpl, dengan cuaca berkisar antara 18 s/d 25 drajat, membuat seluruh masyarakatnya sehari2 mengenakan kain sarung sebagai selimut. Di Aceh tengah, masyarakatnya berasal dari Suku Gayo. Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo mendiami tiga kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues. Suku Gayo juga mendiami beberapa kecamatan di kabupaten lainnya, seperti Kecamatan Serba Jadi di Kabupaten Aceh Timur dan Kecamatan Beutong di Kabupaten Nagan Raya. Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya.
Berawal dari berita yang tersebar di seluruh Nanggroe Aceh Darussalam soal pasokan Listrik yang bekurang untuk seluruh konsumen, maka dalam tiap harinya konsumen Listrik di Provinsi ini harus mengalami pemadaman secara bergiliran. Lama pemadaman antara 3 s/d 6 jam setiap harinya. Namun pada kenyataannya, pemadaman yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak menentu waktunya sehingga konsumen mengalami kekecewaan dan marah atas perusahaan tersebut. Yang lebih konyol lagi, ketika di hubungi kepada nomor telp pengaduan, jarang sekali ada petugas yang bersedia menerima pengaduan masyarakat yang ingin bertanya, ”kapan listrik akan menyala kembali?”. Yah, mau bagaimana lagi, sebagai rakyat kecil kita menerima kebijakan tersebut, meskipun sangat mengecewakan dan tetap saja tiap bulannya harus membayar. Sepertinya, nama Perusahaan Listrik Negara (PLN), ada baiknya diganti menjadi “Pengusaha Lilin Negara”.Ketika Listik padam, salah satu altenatif yang dipakai adalah Genset, kini penjual Genset di Banda Aceh, lumayan merauk keuntungan yang relatife besar. Angka penjualan lumayan meningkat, namun bukan berarti para penjual ”menari” diatas kegelapan, memang dasarnya rejeki penjual Genset yang bagus. Harga Genset relatif mahal, dan membutuhkan biaya extra untuk bahan kabarnya. Lalu bagaimana dengan masyarakat kecil, yang belum mampu mengeluarkan bugetnya untuk membeli Genset dan Solar, tentu saja masih ada alternatif lainnya, yaitu Lilin. Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi. Sekarang yang biasanya digunakan adalah paraffin. Lilin yang diproduksi saat ini, tentu berbeda dengan lilin tempo doeloe, yang masih berbahan
Ada alternative lain? Tentu saja ada, Lampu Tempel atau dalam bahasa Jawa di kenal dengan nama Teplok, dan dalam bahasa Aceh adalah Panyot . Lampu kaca dengan bahan bakar minyak tanah dan sumbu sebagai sumber api yang mampu menerangi ruangan dikala padam, merupakan alternatif lain dari Genset dan Lilin. Umumnya lampu seperti ini berbentuk lampu yang digantung, duduk, atau ditempel di dinding dengan bahan beling bening sebagai wadah minyak tanah. Namun berkembangnya Jaman, bentuk dari lampu ini sudah mengalami perkembangan. Yang pasti lampu ini lebih efisien dari Lilin dan Genset.

Kondisi seperti ini, tentu akan terus terpelihara dikalangan masyarakat desa. Selain dengan kemampuan daya beli masyarakat atas kebutuhan minyak tanah yang yang terbatas, Kelangkaan dan tingginya harga minyak tanah, menjadi factor penyebab Chetik Geni masih tetap dipertahankan. Program yang ditawarkan pemerintah tentang Conversi dari minyak tanah ke Kompor Gas, sepertinya tidak berlaku bagi masyarakat desa. Selain mahalnya biaya pengeluaran untuk kebutuhan Gas, rasa takut akan menggunakan Kompor Gas menjadi salah satu penyebab, masyarakat desa tidak bersedia mengikuti program Conversi dari minyak tanah ke Kompor Gas. Masyarakat desa lebih memilih penggunaan kayu kering yang ada diperbukitan disekitar rumah sebagai bahan bakar.